Kalau disamakan dengan pancaindera manusia, maka lensa
adalah bagaikan mata pada sebuah kamera. Bila mata kita sakit, maka kita akan
mengalami kesulitan untuk melihat. Begitu juga pada kamera, bila lensa yang
terletak di bagian depan kamera itu mengalami gangguan, maka proses kerja lensa
itu tidak akan maksimal, yang berujung pada tidak bisanya kamera kita
menghasilkan sebuah karya fotografi yang bagus. Malah, kalau kerusakannya pada
sisi mekanis lensa, maka ada kemungkinan dia akan mogok total. Maka proses
kreatif kita dengan kamera itupun segera berakhir, hingga sang lensa selesai
diperbaiki di pusat servis. Kecuali kalau kita mempunyai lensa cadangan.
Dibandingkan dengan lensa dengan focus manual pada kamera
SLR konvensional yang memakai film seluloid, lensa pada kamera SLR digital saat
ini jauh lebih ringkih dan mudah rusak. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Pada lensa manual, semua komponen lensanya tidak satupun
yang memakai komponen elektronik. Tubuh lensanya kokoh, ulir untuk pergerakan
maju mundur bagian dalam lensa saat melakukan pemfokusan, tidak bersentuhan
dengan motor pengerak, sebagaimana lensa digital. Sehingga kita leluasa
memutarnya kekiri atau kekanan, untuk mendapatkan titik focus yang tepat. Ketepatan
pemfokusan secara manual dibantu oleh tabir bidik yang berupa garis patah
silang atau kaca buram.
Sementara pada lensa otofokus, bagian lensa yang bergerak maju
mundur saat melakukan pemfokusan, berhubungan dengan komponen elektronik,
berupa motor penggerak yang juga berada di bagian dalam lensa. Pada bagian
inilah lensa otofokus itu sangat rentan dengan kerusakan.
Umumnya kerusakan tersebut disebabkan oleh benturan pada
bagian depan lensa. Ketidak hati-hatian dalam melakukan pemotretan dan saat
membawa kamera. Apakah saat disandang di pundak dengan posisi kamera di samping
tubuh, atau dikalungkan di leher dengan posisi kamera berada di bagian depan
badan si pemakai kamera.
Saya sudah mengalami kerusakan yang sama di dua kamera dengan
merek yang berbeda yang saya miliki. Mahalnya ongkos servis yang bisa mencapai
10% dari harga kamera, belum termasuk sukucadang yang harus diganti, membuat
kita benar-benar harus hati-hati dalam memakai dan menyimpan kamera berikut
lensanya.
Tips agar lensa kamera Anda terhindar dari benturan atau
tertindih tanpa sengaja, yang dapat membuat lensa kamera Anda rusak, adalah
sebagai berikut:
- Bila dalam keadaan tak terpakai di saat dalam perjalanan, sebaiknya lensa Anda simpan terpisah dari badan kamera, dalam wadah yang cukup kuat. Biasanya tempat lensa berbentuk tabung yang terbuat dari kulit dan cukup tebal.
- Bila dalam perjalanan Anda menemukan jalan yang kurang bagus, sehingga kendaraan yang Anda tumpangi oleng ke kiri atau kanan, sebaiknya Anda tidak memegang kamera di tangan, apalagi melakukan pemotretan. Tapi masukkanlah kamera ke dalam tas yang di dalamnya ada sekat-sekat. Sehingga lensa atau kamera Anda bisa terhindar dari benturan dengan benda keras lainnya, yang bisa mengakibatkan kamera atau lensa Anda mengalami kerusakan.
- Melakukan pemotretan di jalan yang berlubang dan bergelombang, sangat tidak dianjurkan. Karena bisa mengakibatkan kamera berikut lensa terbentur ke badan kendaraan yang keras. Sehingga besar klemungkinan kamera atau lensa akan mengalami kerusakan.
- Dalam keadaan tak terpakai, aturlah lensa pada posisi terpendek. Dalam keadaan demikian, bisa di yakini lensa lebih aman daripada kalau dibiarkan bagian dalam lensa menjulur keluar. Apalagi kalau lensa Anda adalah lensa tele atau lensa zoom.
- Ada baiknya Anda memakai lenshood yang terbuat dari karet. Karena bila terjadi benturan, karet tersebut bisa meredam benturan yang terjadi, sehingga lensa lebih terjaga.
- Membawa kamera dengan mengantungkan di leher sehingga kamera berada di bagian depan tubuh atau dada, lebih baik dari pada menyandangnya di pundak samping. Karena dalam keadaan kamera berada di samping tubuh, kemungkinan terbentur dengan benda lain sangat mungkin terjadi tanpa disadari, dibanding bila kamera berada di bagian depan tubuh.
Boleh ikutan hunting foto gak pak, kapan-kapan. Lagi pengen belajar motret.
BalasHapusSaya jarang melakukan hunting khusus, tapi kalau ada teman-teman yang ngadain, saya bersedia untuk ikut
HapusAyah Dian Kelana, maaf ya udah kadung panggilan oleh blogger muda melekat sebagai "Ayah", rapopo, ya? Bunda suka jemprat jepret pake hape doank, gak tau tentang Camera, tapi suatu saat pasti akan ke situ juga arahnya, kalau sudah ada Camera pribadi, hehe...
BalasHapusNggak apa-apa Bunda Yati, mau bagaimana lagi sudah kadung biasa dipanggil seperti itu.
HapusSaya doakan semoga Bunda segera mempunyai kamera yang lebih canggih, biar hasil bidikan fotonya juga semakin hebat.
Ayah Dian... saya punya kamera lama ( Manual) Nikkon Automatic F90. Bagaimana masa depannya? Apa masih ada yang mau kalau di jual? Trmks sebelumnya yaa..
BalasHapusMasa keemasan kamera yang memakai film roll, memang sudah berakhir. Jutaan kamera di seluruh dunia kini hanya tinggal menjadi barang antik penunggu lemari pajangan. Karena dukungan terhadap kamera ini sudah tidak lagi kita temui di toko-toko maupun di studio foto. Sangat disayangkan, tapi apa hendak dikata, kemajuan tehnologi telah membunuh tanpa ampun tehnologi fotografi yang telah bertahan lebih dari seratus tahun.
HapusWah,artikelnya bermanfaat. Saya lagi berencana beli kamera. Biar bisa motret. Bagusnya yang manual atau otomatis, ya, Pak?
BalasHapusKamera DSLR saat ini semua bisa dipakai secara manual juga otomatis bung Palris. Tinggal bagaimana kita mengoperasikannya saja, bagaimana senangnya mau otomatis atau manual.
HapusIkut panggil ayah ya, saya suka kegiatan foto, sama saja, masih jeprat jepret pake hp. Ulasan tentang kamera ini, menjadi bahan belajar tentang kamera
BalasHapusPakai HP atau pakai kamera, sama saja. Harus tetap hati-hati, jangan sampai jatuh atau terbentur. Supaya awet dipakainya.
Hapusmakasih om infonya biar lebih hati2...
BalasHapusTerimakasih kembali Topics, kita memang harus kudu hati-hati, biar peralatan yang kita pakai awet.
Hapus